Dusta Dwi Hartanto: Riset Jet Tempur Sampai Tawaran Paspor Belanda

Dusta Dwi Hartanto: Riset Jet Tempur Sampai Tawaran Paspor Belanda
Foto Dwi Hartanto dan BJ Habibie (Dok. Istimewa)

Jakarta - Dwi Hartanto menyampaikan permintaan maaf sekaligus mengungkapkan kebohongan yang telah dilakukannya. Mahasiswa doktoral yang tengah berkuliah di Belanda ini membuka tabir atas klaim-klaim yang pernah dibuatnya.

Selama ini, profil diri Dwi lekat dengan cerita manis dalam hal prestasi akademiknya. Namun, hal ini mulai terbongkar setelah adanya 'investigasi mandiri' mengenai klaim prestasi dirinya itu.

Dokumen investigasi itu menepis mentah-mentah klaim Dwi Hartanto mulai dari pertemuan dengan BJ Habibie, latar belakang S1 sampai prestasi di bidang antariksa. Dwi pun akhirnya meminta maaf dan mengakui mengenai kebohongan klaim prestasinya tersebut.

"Sebagaimana kita ketahui, di beberapa waktu terakhir ini telah beredar informasi berkaitan dengan diri saya yang tidak benar, baik melalui media massa maupun media sosial. Khususnya perihal kompetensi dan latar belakang saya yang terkait dengan bidang teknologi kedirgantaraan (Aerospace Engineering) seperti teknologi roket, satelit, dan pesawat tempur," kata Dwi seperti dikutip dari situs resmi PPI Delft, Minggu (8/10/2017).

Dwi memberi klarifikasi jika kesalahan yang dilakukannya sebagai sebuah kekhilafan karena memberikan informasi yang tidak benar. Dia mengakui informasi yang disebarkannya itu menimbulkan kegelisahan di masyarakat Indonesia, khususnya almamater Technische Universiteit (TU) Delft, tempatnya kini menempuh studi.

Meski demikian, dia mengatakan tak bermaksud secara sengaja merugikan dan menyerang individu atau lembaga-lembaga terkait.

Selama ini kabar mengenai Dwi lekat dengan cerita manis mulai mengenai prestasinya dalam membuat Satellite Launch Vehicle/SLV (Wahana Peluncur Satelit) sampai menang di Kompetisi Antar-Space Agency Luar Angkasa. Muncul juga klaim bahwa dia mengantongi paten di bidang di bidang spacecraft technology.

Kemudian, dia mengakui secara terang-terangan bahwa dirinya bukan kandidat doktor di bidang space technology dan rocket development. Dia sebenarnya adalah kandidat doktor di bidang Interactive Inteligence (Departemen Intelligent Systems). Dwi mengakui dia tidak pernah merancang Satellite Launch Vehicle (SLV) sebagaimana yang selama ini digaungkan.

Dwi juga mengakui satu kebohongannya, yakni ketika manipulasi bukti kemenangan lomba.
Kabar mengenai kemenangan Dwi di kompetisi Antar-Space Agency Luar Angkasa DLR itu mengemuka pada Juni 2017. Dalam sebuah wawancara dengan media daring di tanah air, Dwi menjelaskan panjang lebar mengenai kemenangannya di kompetisi tersebut. Dwi mengklaim dia mendesain pesawat tempur modern generasi keenam.

"Saya mengakui bahwa ini adalah kebohongan semata. Saya tidak pernah memenangkan lomba riset teknologi mtv-space agency dunia di Jerman pada tahun 2017," kata Dwi dalam surat klarifikasinya yang ditandatangani di atas materai itu.

Dwi juga sempat menampilkan diri memegang bukti penghargaan dan hadiah senilai 15 ribu euro. Terkait hal ini, Dwi mengaku sengaja memanipulasi cek template pemberian hadiah tersebut.
"Saya memanipulasi template cek hadiah yang kemudian saya isi dengan nama saya disertai nilai nominal EUR 15000, kemudian berfoto dengan cek tersebut. Foto tersebut saya publikasikan melalui akun media sosial saya dengan cerita klaim kemenangan saya," ujar Dwi.

Sebelumnya, Dwi sempat membuat cerita pertemuannya dengan Presiden ke-3 RI BJ Habibie. Dwi sempat mengatakan, peristiwa ini berawal dari prestasinya di bidang antariksa.

Dalam sebuah wawancara, Dwi sempat menjelaskan inisiatif pertemuan tersebut karena Habibie tertarik untuk bertemu Dwi pada Desember 2016. Cerita tersebut dikuatkan dengan foto pertemuan keduanya.
Dalam wawancara itu, Dwi mengatakan kepada Habibie ditawari kewarganegaraan oleh Belanda. Tawaran itu datang berkaitan dengan riset soal jet tempur eurofighter. Dwi mengaku mendapatkan paten serta mendapatkan beasiswa yang berasal dari pemerintah Belanda.

Dalam surat klarifikasinya dan permintaan maaf atas kebohongannya, Dwi turut menjelaskan mengenai pertemuan itu. Dwi mengakui, dialah yang ingin bertemu BJ Habibie.

"Tidak benar bahwa Bapak B.J. Habibie yang meminta untuk bertemu. Sebelumnya saya telah meminta pihak KBRI Den Haag untuk dipertemukan dengan Bapak B.J. Habibie," kata Dwi.

Dwi juga mengakui pernyataanya mengenai riset yang sedang dia garap berkaitan dengan jet tempur tidak benar. Begitu juga dengan tawaran untuk ganti kewarganegaraan.
Dwi Hartanto harus menanggung imbas dari kebohongannya mengenai aneka prestasi mentereng di bidang antariksa. Dia menjalani serangkaian sidang etik yang diselenggarakan di kampus Delft, Belanda.

"Saat ini, dimulai pada tanggal 25 September 2017, pihak TU Deflt melakukan serangkaian sidang kode etik terhadap saya, berkaitan dengan informasi-informasi yang telah sampai ke mereka," kata Dwi.

Selain itu, KBRI Deen Haag mencabut penghargaan yang diberikan kepadanya. Pencabutan penghargaan itu berdasarkan Keputusan Kepala Perwakilan RI untuk Kerajaan Belanda Nomor SK/029/KEPPRI/IX/2017 tentang Pencabutan Keputusan Kepala Perwakilan RI untuk Kerajaan Belanda SK/023/KEPPRI/VIII/2017 tentang penghargaan kepada DR. IR Dwi Hartanto.

Surat itu diteken Duta Besar I Gusti Agung Wesaka dan ditetapkan pada 15 September 2017. Keputusan ini dipublish di laman resmi KBRI Den Haag pada 5 Oktober 2017 lalu. 
(jbr/nif)
sumber: Jabbar Ramdhani - detikNews

Comments

Popular posts from this blog

Apa Sih Sociopreneur?

CRUD Menggunakan Codeigniter, Ajax, Boostrap, Mysql

invesment dan financial check up